Jangan Biarkan Ibu Menangis


☘️ Jangan Biarkan Ibu Menangis

"Na... en.. na .. naa.." terdengar suara teriakan dari sebuah kamar yang cukup besar. Suara dari seorang wanita paruh baya. Tak ada kata-kata yang dapat ia katakan. 
"Ta, itu ibu kenapa kayanya butuh sesuatu." Aku hanya dapat mendengarnya pilu karena tak diizinkan untuk masuk melihat kondisinya. 

Talita adalah sahabat dekatku sejak SMA, kini ia hidup bersama ibunya yang telah merenta, tak ada aktivitas yang dapat ibunya lakukan selain terbaring di atas tempat tidur. Sejak tiga tahun lalu, ibu Talita mengalami stroke. 

๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน

"Biarin aja lah. Gue capek ngurusnya. Nanti biar abang gue aja yang ke situ." 

Tak berapa lama, terdengar lagi teriakan yang sama tanpa makna namun kali ini diiringi tangisan karna tak dianggap ada. 

Seorang laki-laki bertubuh tegap pun masuk ke dalam kamar. 

"Kenapa sih, Mak. Teriak-teriak aja dari tadi! Gue lagi beresin dagangan! Mau buka warung!" 

Suaranya tak kalah lantang membentak sang Ibu yang tampak lemah tak berdaya itu. Karna mendengar teriakannya bayiku pun yang berada dalam gendongan menangis dan terbangun. 

"Minta digantikan pempers kali, Bang. Gue belum ngegantiin masih ribet sama Fian lagi nyuapin. Lu yang ganti deh, Bang." Perintah Talita.
"Lu juga gak mikir cuma gantiin pempers emak aja kudu gue!" Pintu kamar pun dibanting. Lelaki gegap itu berlalu keluar
"Emang lu gak liat apa gw juga punya bayi!!"

๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน

Aku terdiam mendengar pertengkaran kakak beradik itu yang saling membentak, melemparkan tanggung jawabnya dalam mengurus ibunya. Aku mencoba menenangkan bayiku.

Aku terenyuh ketika menatap bayiku di dalam gendongan dan menatap Talita bersama bayi yang sedang disuapinya dengan penuh kasih sayang itu.  

Tak bisakah ia memperlakukan ibunya sebagaimana ia merawat bayi kecilnya? Padahal ia dahulu pun dirawat oleh ibunya tanpa mengeluh. Setiap keringat dan tetesan air mata dalam merawatnya ketika ia kecil adalah momen kebahagiaannya. Namun mengapa saat ia lemah dan merenta justru seperti beban.

Entah, bagaimana mereka bisa memperlakukan ibu mereka seperti itu. Mereka menunjukkan kekuatannya di saat ibunya sedang lemah tak berdaya.

๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน

Tidakkah mereka tahu bahwa akan ada rasa sesal saat ibu telah tiada. Karna pintu terkabulnya doa dan kunci pembuka surga telah meninggalkan dunia. Tidakkah mereka berfikir bahwa akan menjadi renta dan tua hingga tak berdaya.

✍️ Febry Yana_K16
-----

Cr: Komunitas Tahajjud Berantai
banner
Previous Post
Next Post

0 komentar:

Tinggalkan jejak anda disini