Seiring dengan perkembangan kemajuan saat ini dibidang peternakan, dituntut bahwa semua biaya produksi harus dioptimalkan guna menghasilkan output (kelauran) yang sesuai dengan yang diharapkan. Tingginya biaya produksi terutama untuk pakan komersial dan obat-obatan, mengharuskan kita untuk mencari alternatif solusi lain untuk mengatasi hal tersebut. Selain itu dengan semakin meningkatknya kesadaran masyarakat akan pentingnya keamanan pangan (food safety) yang dikonsumsi mendorong pemikiran untuk dapat memanfaatkan berbagai tanaman tradisional baik sebagai suplemen pakan maupun untuk obat-obatan.
Beberapa tanaman tradisional yang mempunyai khasiat obat-obatan dan jamu antara lain lempuyang, jahe, kunyit, kencur, lidah buaya, temu lawak, bawang putih, daun beluntas, daun sambilto dan lainnya masih banyak lagi. Pemanfaatan bahan tumbuhan herbal berkhasiat obat tidak hanya terbatas untuk manusia saja, namun pemanfaatannya juga bisa digunakan terhadap ternak.
Beberapa ramuan tertentu yang bersumber dari jenis tumbuhan dapat dioleh sedemikian rupa dan diyakini bila diberikan kepada ternaknya akan mampu meningkatkan nafsu makan, menjaga kesehatan, nafsu kawin (libido seksual), tahan terhadap serangan penyakit tertentu dan lainnya. Menurut Zurahmah (2004) bahwa beberapa jenis tanaman tertentu mampu bertindak sebagai fitobiotik bagi manusia maupun ternak.
Dalam menekan biaya produksi, harusnya diupayakan formulasi pakan ternak yang dibuat sendiri dengan memanfaatkan bahan baku lokal yang tersedia (seperti jagung kuning, bekatul, dedak halus, ubi kayu olahan, kacang-kacangan, dan lainnya) dengan jenis tanaman lain seperti tanaman obat-obatan. Tanaman obat-obatan merupakan salah satu alternatif dalam penyediaan bahan baku pakan yang berfungsi sebagai bahan pakan tambahan untuk pertumbuhan dan produktivitas ternak, baik ternak unggas maupun ternak ruminansia. Oleh karena itu, perlunya dikembangkan pemanfaatan tanaman obat-obatan yang ada dan tersedia di wilayah setempat (lokal). Ada banyak jenis tanaman obat di sekitar halaman yang dapat digunakan seperti jahe, kencur, kunyit, temu lawak, lempuyang dan lengkuas, yang penggunaannya sendiri atau sebagai campuran dalam berbagai bentuk (bubuk, ramuan, dan lainnya) yang dapat diberikan kepada ternak unggas dan ruminansia. Penggunaannya dalam berbagai cara dapat dilakukan, antara lain bisa lewat air minum atau dicampur pada pakan sebagai makanan tambahan (feed suplement).
Beberapa kajian tentang penggunaan jam ternak untuk sapi di Kalimantan Selatan
Pemberian konsentrat, jamu ternak dan UMMB, dapat mempercepat peningkatan pertambahan bobot badan harian (PBBH) pada sapi dari 0,32 menjadi 0,52 kg/ekor/hari (62,50%) pada sapi Bali induk, sedangkan pada sapi unggul Simental dapat meningkatkan PBBH dari 0,88 menjadi 1,14 kg/ekor/hari (29,54%).
Jamu sebagai bahan tambahan ternak sapi
Jamu ternak diberikan sebagai stimulant kepada ternak sapi dengan manfaat sebagai berikut :
- Merangsang nafsu makan;
- Meningkatkan kesehatan ternak;
- Meningkatkan pertumbuhan secara optimal;
- Aroma daging tidak amis;
- Menurunkan kadar lemak pada daging;
- Mempercepat adaptasi dalam perubahan pakan; dan
- Mengurangi bau tak sedap di sekitar kandang.
Dosis pemberian jamu ternak
Pada sapi potong berdasarkan berat badan (BB) sebagai berikut :
- Berat badan 200 kg diberikan 100 ml/hari
- Berat badan 300 kg diberikan 150 ml/hari
- Berat badan 400 kg diberikan 200 ml/hari
- Pemberiannya bisa dicampur melalui air minum atau dengan cara dicekokkan pada ternak 10 hari berturut-turut, setelah itu 2 kali seminggu.
Bahan pembuatan jamu ternak (untuk 10 liter)
- 125 gr jahe
- 250 gr kencur
- 125 gr kunyit
- 250 gr bawang putih
- 62,5 gr kayu manis
- 200 gr temu lawak
- 100 gr lempuyang
- 125 gr lengkuas
- 62,5 gr sirih
- 250 gr sambiloto
- 250 gr EM4
- 250 gr molasses
Peralatan
Peralatan yang diperlukan adalah sebagai berikut :
- ember dengan tutup;
- gayung plastik;
- saringan;
- pengaduk;
- timbangan kecil; dan
- alat tumbuk / giling
Cara pembuatan
- Bahan no 1 - 8 (jahe, kencur, kunyit, bawang putih, kayu manis, temu lawak, lempuyang, dan lengkuas) digiling/ditumbuk, kemudian diperas dan dicampur dengan air bersih kurang lebih 7,5 liter.
- Bahan no 9 dan 10 (sirih dan sambiloto) direbus dengan air kurang lebih 2,5 liter, kemudian disaring dan dicampur dengan air perasan rempah-rempah bahan no 1-8 tadi.
- Molases hasil samping proses pabrik gula digunakan sebagai starter untuk mikroba aktivator dan sekaligus bahan pengharum/aroma untuk meningkatkan palatabilitas atau kesukaan ternak terhadap jamu. Bila tidak tersedia, dapat diganti dengan larutan gula merah.
- Mikroba aktivator yang digunakan biasa larutan EM4.
- Kemudian jamu tadi difermentasi menggunakan EM4 dan molases/tetes tebu (lakukan pengadukan setiap hari sekali secara perlahan, selama 10 hari).
- gunakan ember yang bertutup dan dilapisi kain bersih.
- Larutan jamu sudah siap untuk diberikan ke ternak atau selanjutnya dikemas dengan jerigen plastik.
Sumber : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan, 2013
0 komentar:
Tinggalkan jejak anda disini